T E K N I K K O M
U N I K A S I
Mitigasi Bencana Tsunami
Muhammad Maaz
21040114130117
Dosen pengampu : Ir. Nurini, MT
Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
2014
Pendahuluan
Makhluk hidup melangsungkan kehidupan di permukaan
bumi dengan mendapatkan fasilitas oleh alam. Segala kebutuhan makhluk hidup
telah disediakan oleh alam meliputi udara, air, serta tanah dan isinya.
Terlepas dari pada itu, alam juga menyimpan suatu fenomena alami yang dapat
merubah struktur permukaan bumi atau disebut juga bencana alam. Bencana alam
menimbulkan kerugian teramat besar bagi kelangsungan kehidupan. Beberapa
bencana alam dapat diprediksi kedatangannya, namun masih banyak bencana alam
yang tidak dapat diprediksi kapan waktu terjadinya sehingga dapat menghasilkan
korban jiwa.
Bencana alam dapat
disebabkan oleh alam itu sendiri, non alam, maupun ulah manusia. Bumi akan memperoleh keseimbangan melalui
proses bencana alam itu sendiri. Keprihatinan kita saat ini terletak pada
bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Banyak ditemukan perbuatan
illegal yang berujung pada terjadinya bencana alam. Walau demikian, manusia
dapat melakukan mitigasi bencana alam sebagai antisipasi dan pengurangan dampak
bencana terhadap manusia.
Tulisan ini bertujuan
untuk menjelaskan pentingnya mitigasi bencana alam sebagai upaya pengurangan
dan pencegahan dampak bencana. Bencana Tsunami menjadi fokus pembahasan serta
upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasinya.
Mitigasi Bencana Tsunami
Dalam UU Nomor 24 Tahun 2007,
mengatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan siklus waktunya, penanganan
bencana terdiri atas 4 tahapan sebagai berikut :
1.
Mitigasi merupakan tahap awal
penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana.
Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain
membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman
pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan
kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa
2.
Kesiapsiagaan merupakan
perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan dibuat
berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan
terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan
sarana-sarana pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko,
pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah
rawan bencana.
3.
Respons merupakan upaya
meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung sesaat
setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan
fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang
terjadi akibat bencana.
4.
Pemulihan merupakan upaya
mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini, fokus
diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun
kembali saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap
langkah penanggulangan bencana yang dilakukan.
Tsunami, kata ini
berasal dari Jepang, tsu berarti pelabuhan, nami berarti gelombang. Tsunami
dipergunakan untuk gelombang pasang yang memasuki pelabuhan. Pada laut lepas
misal terjadi gelombang pasang sebesar 8 m tetapi begitu memasuki daerah
pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang menjadi 30 m. Tsunami biasa
terjadi jika gempa bumi berada di dasar laut dengan pergerakan vertikal yang
cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan gunung.
Tsunami
terparah yang terjadi di Indonesia adalah Tsunami Aceh tahun 2004 yang memakan 230.000
korban jiwa. Sebelumnya terjadi gempa dahsyat di dasar laut Pulau Simeuleu yang
berkuatan 9,1 – 9,3 skala Richter. Tsunami tercipta hanya beberapa jam saja
selepas gempa tersebut sehingga banyak penduduknya yang tidak dapat melarikan
diri. Berkaca pada hal tersebut, mitigai bencana tsunami dapat dilakukan agar jatuhnya
banyak korban dapat terhindar.
Mitigasi bencana Tsunami dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu :
sebelum terjadi, ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi.
1. Sebelum terjadi gempa
-
Kenalilah dengan baik tanda-tanda datangnya Tsunami, seperti:
a. Air laut yang surut secara
tiba-tiba
b. Terciumnya bau garam yang
menyengat secara tiba-tiba.
c. Munculnya buih air sangat
banyak di pantai secara tiba-tiba.
d. Terlihat gelombang hitam tebal
memanjang di garis cakrawala.
- Memperkuat desain bangunan serta
infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan
tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain
Retrofitting dan Relokasi.
- penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan
perlindungan terumbu karang
- Pembangunan breakwater,
seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami,
- Kebijakan tentang tata guna
lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana,
- Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan
lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana,
- Mikrozonasi daerah rawan
bencana dalam skala local,
- Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta
tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana”
yang memperhaikan berbagai aspek,
- Kebijakan tentang eksplorasi
dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
- Pelatihan dan simulasi mitigasi
bencana tsunami,
- Penyuluhan dan sosialisasi
upaya mitigasi bencana tsunami dan,
- Pengembangan system peringatan
dini adanya bahaya tsunami.
-
Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang
beresiko.
- Mengetahui pusat informasi
bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah Indonesia, Tim SAR.
- Siagakanlah peralatan seperti
senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan juga Radio, karena pada saat
tsunami alat komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi,
Internet akan terganggu. Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat
berguna disaat bencana. Dan kotak Persediaan Pengungsian tersebut dimasukan ke
dalam suatu tempat yang mudah dibawa (ransel punggung) dan disimpan di tempat
yang mudah digapai pada saat tsunami berlangsung seperti di belakang pintu
keluar.
-
Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit
dll.
2. Selama terjadi gempa
- Yang pertama sekali adalah jangan bersikap panik, kuasai diri anda bahwa
anda dapat lepas dari bencana tersebut.
- Jika air laut surut secara
tiba-tiba , jangan mengambil ikan yang ada di pantai.
- Jika berada di pantai atau di dekat pantai, panjat bangunan atau pohon
yang tinggi, yang paling dekat dari
anda.
- Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal
anda kearah laut yang lebih jauh.
- Utamakan keselamatan jiwa
daripada harta.
- Berdoa dan beristigfar kepada Tuhan
semoga diberi keselamatan
3. Sesudah terjadi gempa
- Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam,
kebocoran gas, dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika
ya, lakukanlah pertolongan pertama.
- Hindari bangunan yang
kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh
- Jangan ke arah pantai sampai peringatan bahaya dicabut Banyak kali
tsunami datang dalam 2 atau 3 kali.
- Cari posko bantuan terdekat.
- Carilah informasi tentang gempa
tersebut, gunakanlah radio tadi.
Kesimpulan
Bencana alam
dapat datang kapanpun dan dimanapun. Pencegahan terhadap bencana alam tidak
dapat dilakukan oleh manusia, namun manusia dapat melakukan pencegahan terhadap
penurunan dampak bencana alam terhadap kehidupan. Dengan adanya pendidikan
mengenai mitigasi bencana alam sejak dini dapat memberikan dampak positif
terhadap generasi berikutnya. Mengembangkan alat yang dapat memberikan sinyal
bencana Tsunami lebih dini telah dikembangkan oleh pemerintah Indonesia yang
bekerjasama dengan Pemerintah Jerman sangat berguna sebagai suar di daerah
pantai rawan bencana alan Tsunami.
Jika
setiap manusia mau memperhatikan dan merawat alam lebih baik, maka alam akan
bersahabat dan bencana alam tidak akan terjadi dalam frekuensi yang sangat
dekat. Ketidakpedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan membuat kondisi
alam semakin tidak stabil dan merugikan manusia itu sendiri. Selain melakukan
mitigasi, pendidikan mengenai bencana, dan pencegahan terhadap jumlah kerugian
bencana, kita juga dapat memulai untuk peduli kepada alam dari diri kita
sendiri. Alam tidak akan menjadi terlalu buruk jika bukan manusia yang
memancingnya.
Sumber :
Ardley, N., Ian Ridpath and
Peter Harben, dan tim penerbit Gramedia. 1979. Alam Semesta dan
Bumi. Pustaka Widya. Gramedia : Jakarta.
Anonimus. 2005. Buku Saku Siaga Bencana. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia Bidang Pendidikan
Kelautan
COREMAP : Jakarta.